Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam
seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan
prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan
oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling
berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda
ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus,
berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun
lebih cenderung feminin. Keberadaan jathil dalam kesenian reyog tidak lepas dari cerita tentang
Klono Sewandono yang mencoba memenuhi salah satu persyaratan Dewi
Songgolangit yang meminta 144 prajurit berkuda. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog
Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya
Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan
lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog
Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung
oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
Dulu tarian jathil tidak ada pakem, para penari hanya berjoged bebas
sesuai dengan gamelan yang mengiringinya. Jathil sekedar menjadi sebuah
pelengkap dan pemanis pertunjukkan reyog semata. Sekarang dalam
pertunjukkan reyog di panggung, jathil dan tari jathil sudah menjadi
sebuah pokok didalamnya, yang semakin memperkaya khasanah seni dan
budaya Reyog Ponorogo.
Kesenian Reyog, khususnya tarian Jathil sekarang sudah banyak
dikembangkan disekolah dan universitas. Para pelajar putri penari
jathil, mengaku senang dan bangga dengan penggambaran karakter jathil
sebagai prajurit berkuda yang gagah berani. Peran jathil sebagai
prajurit dalam pertunjukkan reyog, dirasa heroik dan sesuai dengan
karakter mereka sebagai anak muda. Lepas dari sejarah masa lalu, versi
ataupun segala identitas miring yang melekat, jathil dan tarian jathil
sangat layak menjadi perhatian dan mendapatkan penghargaan sebagai seni
budaya bangsa yang adiluhung.
Source: wikipedia, kotareog.com
0 komentar:
Posting Komentar